Perjalanan Pribudaya Menciptakan Ruang Aman Bagi Korban dan Penyintas Kekerasan Berbasis Gender

Perjalanan Pribudaya Menciptakan Ruang Aman Bagi Korban dan Penyintas Kekerasan Berbasis Gender

DISCLAIMER: Artikel ini telah dipublikasikan di website resmi Indika Foudation pada 2024. Artikel ini ditulis oleh Nur Fauziyah Pradita | Editor: William Cahyawan, Utami Nurhasanah.

Menciptakan ruang aman bagi korban dan penyintas kekerasan berbasis gender bukanlah hal yang mudah. Begitu juga bagi Yayasan Perempuan Indonesia Tumbuh dan Berdaya (Pribudaya). Organisasi yang fokus pada penyediaan layanan konseling berbasis etika feminisme, pendampingan korban kekerasan dan penyintas berbasis gender (KBG), serta kampanye edukasi publik untuk pencegahan KBG ini sempat kesulitan dalam merencanakan program yang berdampak dan mengukur dampak itu sendiri. Hal ini berubah setelah Yayasan Pribudaya menjadi penerima hibah (grantee) Indika Foundation.

Perjalanan Pribudaya bersama Indika Foundation berawal dari keikutsertaan Pribudaya pada Bootcamp Indika Foundation tahun 2020. Saat itu, Pribudaya masih berbentuk komunitas bernama Komunitas Perempuan Berkisah. Di kelas bootcamp tersebut, Pribudaya menerima berbagai materi seperti perencanaan program, pengukuran dampak program, hingga knowledge management. Pelatihan bootcamp tersebut ternyata terbukti membuahkan hasil yang manis bagi Pribudaya karena mereka lolos dan terpilih menjadi salah satu penerima dana hibah dari Indika Foundation pada tahun 2021.

“Bagi kami, program ini (Indika Foundation Impact Grant) adalah program berdurasi panjang pertama kami yang didanai oleh donor. Saat itu, pada 2021, kami masih menjadi komunitas dan sebelumnya juga mengikuti bootcamp Indika Foundation. Banyak pembelajaran baru yang kami dapat, dari sana kami menyusun banyak mimpi dan belajar tentang project management, termasuk membenahi logical framework program kami. Pelatihan ini benar-benar kami terapkan untuk penyusunan program di Komunitas Perempuan Berkisah,” kenang Alimah, Pendiri dan Ketua Yayasan Pribudaya.

Alimah menambahkan bahwa saat masih merintis Komunitas Perempuan Berkisah, ia masih merasa maklum jika program-program yang diinisiasi belum berdampak maksimal karena belum diseriusi dan komunitasnya belum berbadan hukum. Namun, setelah belajar bersama Indika Foundation, Alimah dan teman-teman di Komunitas Perempuan Berkisah merasa tertantang dan menjadi semakin serius dalam menjalani komunitasnya. Pada tahun 2022, saat Indika Foundation membuka kesempatan pendanaan bagi organisasi dan komunitas di Indonesia lewat call for proposal, Alimah kembali mengajukan proposal programnya ke Indika Foundation. Kali ini dengan nama Yayasan Pribudaya.

“Kami kaget ketika mengajukan proposal program ke Indika Foundation dan diterima. Ini kedua kalinya kami mengajukan kembali, namun kali ini kami ajukan atas nama yayasan karena setelah menjadi grantee Indika Foundation pada tahun 2021, kami akhirnya bertumbuh menjadi yayasan,” cerita Alimah saat ditanya perjalanan Pribudaya yang berhasil menjadi organisasi berbadan hukum.

Melatih Pendamping Korban Kekerasan Melalui Sekolah Konselor Sebaya

Pada 2022, Pribudaya mengembangkan program Sekolah Konselor Sebaya (SKS) dengan dukungan Indika Foundation Impact Grant 2022. Melalui program ini, Pribudaya memberikan pelatihan bagi komunitas maupun organisasi sehingga mereka tidak hanya memiliki keterampilan dasar konseling, namun juga dapat mengedepankan etika, nilai, dan sudut pandang yang empatik serta keberpihakan pada korban kekerasan berbasis gender. Program SKS ini berhasil menjangkau total 143 penerima manfaat yang terdiri dari orang muda dan agen perubahan. Perubahan keterampilan sosial emosional dan berpikir kritis juga mengalami peningkatan sebesar 80%.

Menariknya, kurikulum yang digunakan pada program tersebut merujuk kepada Kurikulum dan Modul Peningkatan Kapasitas Pendampingan Korban Kekerasan Berbasis Gender (KBG) dengan Perspektif Etika Feminisme. Kurikulum dan modul tersebut merupakan produk pengetahuan yang dikembangkan setahun sebelumnya oleh Pribudaya melalui dukungan Indika Foundation Impact Grant 2021. Produk pengetahuan tersebut bertujuan untuk mendorong adanya standardisasi ruang aman dan penanganan advokasi pendampingan kasus berbasis critical thinking dan empati dengan perspektif keberpihakan terhadap korban.

Pengembangan produk pengetahuan dan Sekolah Konselor Sebaya Pribudaya bukanlah tanpa alasan. Inisiatif tersebut berangkat dari isu yang Pribudaya temukan, yakni banyaknya orang muda yang menginisiasi ruang aman berbasis komunitas, namun inisiatif tersebut belum dibarengi sepenuhnya dengan pendekatan, perspektif, prinsip, dan etika yang berpihak terhadap korban. Akibatnya, tak jarang muncul sikap menyalahkan korban (victim blaming) sehingga menimbulkan rasa tidak aman bagi korban. Problematika inilah yang membuat Alimah dan kawan-kawan di Pribudaya tergerak untuk merangkul serta menguatkan kapasitas konselor sebaya yang berempati dan berpihak pada korban. Pelatihan yang diberikan oleh konselor sebaya diharapkan dapat memupuk rasa toleransi dan meningkatkan empati ketika mereka mendampingi korban.

Alimah mengatakan, modul ini merupakan suatu kebanggaan bagi Pribudaya dan membuat program-program Pribudaya semakin berdampak.

“Setelah kami mengelola program, kami memahami bahwa penting mempunyai anggota yang berkualitas. Secara berkala kami melakukan pelatihan-pelatihan penguatan kapasitas untuk anggota Pribudaya. Mereka bukan hanya bergerak di Komunitas Perempuan Berkisah dan Yayasan Pribudaya saja, namun mereka juga punya program di daerah masing-masing. Kami belajar bahwa Indika Foundation bukan hanya memberikan strategi dan pengelolaan organisasi, tetapi juga memberikan tools untuk knowledge management dan betul-betul kami terapkan dalam membuat bank data pada produk-produk pengetahuan kami,” kata Alimah.

Dampak lain yang dirasakan oleh Pribudaya adalah terpilihnya organisasi menjadi salah satu Fasilitator Nasional, termasuk salah satunya berkontribusi sebagai tim reviewer modul untuk Peningkatan Kapasitas Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi yang disusun oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek).

“Bagi kami, ini gebrakan untuk Yayasan Pribudaya yang baru terbentuk di tahun 2022. Kami me-review modul yang sudah mereka (Kemendikbudristek) buat dan kami memberikan masukan berdasarkan modul yang pernah kita buat bersama Indika Foundation di tahun 2021. Kami juga berkesempatan memfasilitasi beberapa kampus di Indonesia dan bagi saya ini kesempatan luar biasa,” tutur Alimah.

Indika Foundation Impact Grant 2022 adalah program pendanaan dan pendampingan bagi 20 organisasi dan komunitas terpilih. Melalui program ini, Indika Foundation mendorong organisasi dan komunitas untuk berkontribusi aktif dalam mewujudkan perubahan positif dalam ranah perdamaian dan inklusivitas. Semua proyek yang dijalankan oleh organisasi/komunitas berfokus pada aspek berpikir kritis, sosial emosional dan interaksi antar kelompok.

Penulis: Nur Fauziyah Pradita | Editor: William Cahyawan, Utami Nurhasanah

29 Comments

  1. I really enjoyed reading this article—it’s both
    engaging and full of valuable insights. The website is a fantastic source of
    information.

  2. Great line up. We will be linking to this great article on our site. Keep up the good writing.

  3. I like what you guys are usually up too. This kind of clever work and exposure! Keep up the excellent works guys I’ve incorporated you guys to my personal blogroll.

  4. Whitney1001

    Very good

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *